;">
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

Senin, 10 Oktober 2016

FILSAFAT MANUSIA DIBANDINGKAN ILMU MANUSIA LAIN


Filsafat manusia atau dikenal juga sebagai antropologi metafisika merupakan bagian dari sistem filsafat yang mempelajari atau berkonsentrasi pada hakikat atau esensi manusia. Sebagai bagian dari sistem filsafat, secara metodis ia mempunyai kedudukan yang kurang lebih setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika. Tetapi secara ontologis (berdasarkan pada objek kajiannya), ia mempunyai kedudukan yang relatif lebih penting, karena semua cabang filsafat tersebut pada prinsipnya bermuara pada persoalan asasi mengenai esensi manusia, yang tidak lain merupakan persoalan yang secara spesifik menjadi objek kajian filsafat manusia.

Dilihat dari objek materialnya, kedudukan filsafat manusia tidak berbeda dengan ilmu-ilmu tentang manusia. Baik filsafat manusia maupun ilmu-ilmu tentang manusia, pada dasarnya bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia (Ricoeur: 1982). Akan tetapi, ditinjau dari objek formal atau metodenya, kedua jenis “ilmu” tersebut memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Bentuk atau jenis gejala apapun tentang manusia, sejauh bisa dipikirkan, dan memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat manusia. Aspek-aspek, dimensi-dimensi, atau nilai-nilai yang bersifat metafisis, spiritual, dan universal dari manusia, yang tidak bisa diobservasi dan diukur melalui metode-metode keilmuan, bisa menjadi bahan kajian terpenting bagi filsafat manusia. Aspek-aspek, dimensi-dimensi, atau nilai-nilai tersebut merupakan sesuatu yang hendak dipikirkan, dipahami, dan diungkap maknanya oleh filsafat manusia. Oleh karena itu, pengetahuan atau informasi tentang manusia di dalam filsafat manusia jauh lebih ekstensif (menyeluruh) dan intensif (mendalam) daripada informasi atau teori yang didapatkan oleh ilmu-ilmu tentang manusia.

Filsafat manusia menggunakan metode sintesis dan reflektif, yang mempunyai ciri-ciri ekstensif, intensif, dan kritis. Penggunaan metode sintesis dalam filsafat manusia adalah untuk mensintesiskan berbagai pengalaman dan pengetahuan ke dalam satu atau dua kategori realitas paling mendasar, yang diandaikan sebagai hakikat dari semua umat manusia. Sedangkan, penggunaan metode reflektif dalam filsafat manusia adalah usaha untuk memahami esensi atau hakikat manusia sekaligus memahami diri sendiri dalam pemahaman tentang esensi manusia tersebut sehingga terdapat kemungkinan adanya keterlibatan pengetahuan pribadi dan juga pengetahuan dari beberapa tokoh filsafat tertentu dalam setiap pemikiran filsafat mereka.

Filsafat manusia secara umum mempunyai ciri-ciri, yaitu:




  1. Ekstensif atau menyeluruh, adalah filsafat manusia tidak hanya meneliti aspek-aspek tertentu pada manusia melainkan meneliti manusia secara keseluruhan, mencakup seluruh aspek dan gejala manusia.
  2. Intensif atau mendalam, adalah filsafat manusia menggali inti, hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar yang melandasi kenyataan manusia baik yang tampak dalam gejala kehidupan sehari-hari maupun yang terdapat dalam data dan teori illmiah.
  3. Kritis, adalah filsafat manusia berusaha untuk mengungkapkan kebenaran dari segala hal , baik berupa ilmu pengetahuan, kebudayaan, atau ideologi, yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan pemahaman diri manusia dengan cara memanfaatkan informasi, wawasan, maupun konsep lain yang lebih benar.

Dari uraian di atas, dapat kita ketahui seberapa penting mempelajari filsafatmanusia. Filsafat manusia mengajak kita menyelami pikiran kita sendiri untuk mengetahui apa dan siapa kita sesungguhnya serta memberikan pemahaman yang mendasar tentang manusia sehingga akan memudahkan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tapi, bukan berarti ilmu-ilmu tentang manusia lain tidak begitu penting. Filsafat manusia yang bersifat sinopsis dan universal membutuhkan Ilmu-ilmu tentang manusia lain untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang aspek-aspek tertentu manusia.


Sumber referensi:

Abidin, Zainal (2011). Filsafat manusia: memahami manusia melalui filsafat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar