Sifat Manusia
Jendela johari
Jendela johari merupakan matriks empat sel yang merfeleksikan perwujudan
hubungan antara seseorang dengan pihak lain. Empat matriks dalam konsep
ini adalah daerah publik; daerah buta; daerah tersembunyi dan daerah
yang tidak disadari (Gambar 1).
Gambar 1. Refleksi diri melalui jendela johari
Menurut konsep ini, pengungkapan diri (perluasan daerah A) dilakukan
dengan pengungkapan diri (penyempitan daerah C), dan menerima umpan
balik (penyempitan dae-rah B). Seorang ilmuwan dengan daerah publik (A)
yang luas, memiliki konsep diri positif: berkepribadian matang, percaya
diri, tidak takut gagal dan siap menghadapi tantangan dan hal ini sangat
penting untuk memenuhi ritme kerja ilmuwan yang seharusnya bekerja
keras dan cerdas, melakukan analisa dan sintesa, presentasi, publikasi,
travel dan tampil di media massa.
Hamlet’s Case
Seorang manusia apalagi ilmuwan, harus memiliki kematangan emosi, mampu
berpikir rasional dalam menghadapi berbagai masalah dan mampu mengambil
keputusan terbaik walaupun pada kondisi tekanan yang sangat tinggi.
Ketidaksiapan mental dalam menghadapi tekanan bisa mengakibatkan
kesalahan pada saat harus mengambil suatu keputusan rasional yang akan
berdampak fatal jika keputusan itu menyangkut hidup orang banyak.
Kita bisa belajar dari kasus Hamlet (karya Ernest Hemingway yang sangat
populer), yang menggambarkan seorang individu yang tidak bisa membuat
suatu keputusan. Ketidakmampuan membuat keputusan rasional ini selain
karena masalah psikologi, juga karena keterbatasan informasi yang
tersedia untuk membuat keputusan. Kasus ini mengajarkan bahwa keputusan
yang diambil dalam keadaan tidak menentu, menyebabkan konsekuensi dari
terjadinya kesalahan (galat) tidak mampu terpikirkan.
Paradoks dan Dilema
Paradoks atau Lawan Asas merupakan suatu pernyataan yang benar atau
sekelompok pernyataan yang mengarah pada kontradiksi atau suatu keadaan
yang menentang intuisi sementara dilema merupakan salah satu bentuk
paradoks yang terjadi karena suatu fakta bahwa suatu pilihan rasional
dari seseorang ternyata menghasilkan keluaran yang rendah mutunya
(inferior) bagi pihak yang lainnya.
Tema-tema umum dalam paradoks yang langsung maupun tidak langsung
termasuk rujukan diri, ketidakterbatasan, definisi sirkular dan
kebingungan dalam level penalaran. Paradoks yang bukan karena kesalahan
tersembunyi biasanya terjadi karena pemahaman yang tidak tepat terhadap
konteks atau bahasa.
Dalam falsafah moral, paradoks berperanan penting dalam debat-debat
mengenai masalah etika. Contoh nyata paradoks adalah konflik diantara
pemahaman perasaan ketika harus mencuri (atau korupsi), melawan suatu
“keharusan” untuk korupsi guna menafkahi keluarga yang kekurangan.
Emotional spiritual quotient (ESQ)
Manusia yang diinginkan adalah manusia sukses yang mulia. Tapi, banyak
orang sukses ternyata tidak mulia sebaliknya, tidak banyak yang mulia
tetapi tidak sukses. ESQ merupakan kearifan sosial yang diwujudkan oleh
kepandaian dan kematangan jiwa yang mencukupi dan didorong oleh
pemahaman spiritual yang mencukupi. ESQ yang merupakan integrasi antara
IQ, EQ dan SQ diperlukan untuk menjadi manusia paripurna/insan mulia
(Gambar 2). Dalam kubik leadership artikulasi ketiganya diwakili oleh
tiga pimpin (keyakinan-aksi-pekerti). Karakter penting untuk manusia
pembelajar menjadi insan mulia adalah bertakwa pada Tuhannya, mencintai
pekerjaan; berikhtiar; ber-tawakal; bersyukur; bersabar dan istiqomah.
Dalam perjalanan menjadi insan yang sukses dan mulia, unsur-unsur
positif dikedepankan, dan unsur-unsur negatif dikikis habis.
Gambar 2. Integrasi antara IQ EQ dan SQ terhadap pembentukan manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar