;">
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

Senin, 24 Oktober 2016

PEMIKIRAN IMMANUEL KANT

Immanuel Kant adalah filsuf modern yang paling berpengaruh. Pemikirannya yang analisis dan tajam memasang patok-patok yang mau tak mau menjadi acuan bagi segenap pemikiran filosofis kemudian, terutama dalam bidang epistimologi, metafisika dan etika.
Kant dilahirkan di Konigsberg, prusia. Pada usia delapan tahun kant menjadi murid di Gymnasium. Pada tahun 1740 kant meninggalkan Gymnasium dan melanjutkan studinya tentang teologi di universits Konigsberg. Namun perhatiannya justru tercurah pada filsafat, ilmu pasti dan fisika. Karena tidak mampu membiayai studinya, Kant memperoleh uang studinya dari beasisiwa. Sebagai seorang pribadi Kant tidak memilki pribadi yang bergejolak dan tantangan seperti misalnya yang dialami oleh Ocrates, Bruno, Spinoza.
Setelah belajar filsafat, fisika dan ilmu pasti, kemudian ia menjadi guru besar dalam ilmu logika dan metafisika, juga di Konigsbergen. Hidupnya dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pra-kritis dan tahap kritis, dengan kira-kira tahun 1770 sebagai garis perbatasannya, yaitu ketika ia menerima jabatan guru besar. Sejak itu ia menyodorkan filsafatnya kepada dunia dengan penuh kepastian, sedang sebelumnya masih terdapat perubahan perubahan dalam tulisan tulisannya. Semula kant dipengaruhi oleh rasionalisme Leibniz dan Wolf, kemudian dipengaruhi oleh empirisme Hume, sedang Rousseau juga menampakkan pengaruhnnya. Menurrut Kant sendiri Humelah yang menjadikan ia bangun dari tidurnya dalam dogmatism. Hume berpendapat bahwa empiris adalah sebuah pengetahuan yang tak lebih dari kesan kesan indrawi saja, namun kant bertentangan dengan filsafat Hume. Kant menulis tentang berbagai masalah dari bidang ilmu alam, ilmu pasti, dan filsafat. Kemudian, selama 11 tahun tak ada tulisan Kant apapun, itulah saat pemikiran kant berubah.
Pemikiran
Kant kerap dipandang sebagai tokoh paling menonjol dalam bidang filsafat setelah era Yunani kuno. Perpaduannya antara rasionalisme dan empirisme yang ia sebut dengan kritisisme, ia mengatakan bahwa pengalaman kita berada dalam bentuk-bentuk yang ditentukan oleh perangkat indrawi kita, maka hanya dalam bentuk-bentuk itulah kita menggambarkan eksitensi segala hal. Kant dengan pemikirannya membangun pemikiran baru, yakni yang disebut denagan kritisisme yang dilawankan terhadap seluruh filsafat sebelumnnya yang ditolaknya sebagai dogmatisme. Artinya, filsafat sebelumnnya yang ditolaknya sebagai dogmatism. Artinya, filsafat sebelum dianggap kant domatis karena begitu saja kemampuan rasio manusia dipercaya, padahal batas rasio harus diteliti dulu.
Yang dimaksud dengan dogmatisme adalah filsafat yang mendasarkan pandangannya kepada pengertian Allah atau subtansi atau monade, tanpa menghiraukan rasio telah memiliki pengertian tentang hakekatnya sendiri, luas dan batas kemampuannya. Filsafat bersifat dogmatis menerima kebenaran-kebenaran asasi agama dan dasar ilmu pengetahuan begitu saja, tanpa mempertanggung jawabkan secara kritis. Dogmatisme menganggap pengenalan obyektif sebagai hal yang sudah sendirinya. Sikap demikian, menurut kant adalah ssalah. Orang harus bertanya: “bagaimana pengenalan obyektif mungkin?”. Oleh karena itu penting sekali menjawab pertanyaan mengenai sysrat syarat kemungkinan adanyua pengenalan dan batas batas pengenalan itu.
Filsafat kant disebut dengan kritisime. Itulah sebab ketiga karyanya yang besar disebut “kritik”, yaitu kritik der reinen vernunft, atau kritik atas rasio murni (1781), kritik der praktischen vernunft, atau kritik atas rasio praktis (1788) dan kritik der urteilskraft, atau kritik ats daya pertimbangan (1790).
Secara harfiah kata kritik berarti pemisahan. Filsafat kant bermaksud membed-bedakan antara pengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang tiada kepastiannya. Ia ingin membersihkan pengenalan dari keterikatan kepada segala penampakan yang bersiifat sementara. Jadi filsafatnya dimaksud sebagai penyadaran atas kemampuan—kemampuan rasio secar obyektif dan menentukan batas-batas kemampuannya, untuk member tempat kepada iman dan kepercayaan.
Menurut Kant, pemikiran telah mencapai arahnya yang pasti didalam ilmu pengetahuan pasti alam, seperti yang telah disusun oleh newton. Ilmu pengetahuan pasti-alam itu telah mengajarkan kita, bahwa perlu sekali kita terlebih dahulu secara akritis meneliti pengenalan.
Pertanyaannya kenapa Immanuel Kant menyatakan filsafatnya kritisisme:
Karena kant menggabungkan kedua faham yang bersebrangan, yaitu rasionalisme eropa yang teoritis, a priori, sesuai rasio, dan terinspirasi oleh plato, serta empirisme Inggris yang berpijak kepada pengalaman, a posteori, dan terinspirasi oleh aristoteles. Pertama 
Kant beranggapan kedua paham tersebut sama baiknya dan biasa digabungkan untuk mencapai hal yang sempurna.
A priori digunakan, kontras dengan a posteriori, unutk mengacu kepada kesimpulan-kesimpulan yang diasalkan dari apa yang sudah ditentukan, dan bukan dari pengalaman. A priori berarti tidak bergantung pada pengalaman inderawi.
A posteriori menurut istilah adalah menunjukkan sejenis pengetahuan yang dapat dicapai hanya dari pengalaman, maka dari itu pengetahauan dapat dirumuskan hanya setelah observasi dan eksperimen. Lawan dari a priori.
Kant sebenarnya meneruskan perjuangan Thomas Aquinas yang pernah melakukannya. Kant sendiri semula ia berpegang teguh kepada rasionalisme, karena dia adalah orang jerman yang semula memegang teguh tentang ajaran rasionalisme. Namun ia juga tertarik tentang empirisme yang dikembangkan oleh David Hume seorang filosof inggris. Dan sejak itulah kant merasa bahwa rasionalisme dan empirisme dapat digabungkan dan merupakan sebuah bagian yang dapat melengkapi satu sama lain.
Immanuel Kant mengkritik empirisme, ia berpendapat bahwa empirisme harus dialandasi dengan teori teori dari rasionalisme sebelum dianggap sah melalui proses epistomologi, itu merupakan penjelasan melalui bukunya yang berjudul critique of pure reason (kritik atas rasio murni), selain karyanya tersebut Immanuel Kant juga menulis buku yang menyatakan filsafat kritisisme yaitu adalah kritik atas rasio praktis (etika) yang terakhir adalah kritik atas pertimbangan (judgment).
Anggapan kant tentang empirisme, bahwa empirisme (pengalaman) itu bersifat relative tanpa adanya landasan teori.
Ø Kritik atas pertimbangan (judgment)
Kosekuensi dari “ kritik atas rasio murni dan kritik atas rasio praktis” menimbulkan adanya dua kawasan yang tersendiri, yaitu kawasan keperluan mutlak dibidang alam dan kawasan kebebasan tingkah laku manusia.
Sebuah ide bukanlah merupakanpengetahuan. Karena ide harus dikombinasiakn dengan idea lain sehingga menjadi pertimbangan melalui subjek dan predikat.
Pertimbangan ada dua macam:
a)      Pertimbangan analitik, menganalisis suatu idea tanpa menambah sesuatu yang baru baginya.
b)      Pertimbangan sintetik, memperluas subjek dan menambah pengetahhuan baginya.
Tidak setiap pertimbangan secara pasti merupakan pengetahuan ilmiah. Suatu pertimbangan bagi pengetahuan ilmiah harus benar, menghasilkan kemestian dan universalitas.
Ø Kritik atas akal praktis
Karya pertama kant adalah kritik atas rasio murni (yang menurut Scopenhauer merupakan buku terpenting ysng pernah ditulis dieropa). Dalam buku ini kant melakukan revolusi kopernikan dalam bidang filsafat, sebagaimana coppernicus menjatuhkan gambaran dunia tradisiaonal dengan mempermaklumkan bahwa bukan matahari yang mengitari bumi, akan tetapi bumilah yang mengitari matahari.
Salah satu kesimpulan dari revolusi itu adalah bahwa menurut kant pengetahuan dalam arti yang sesungguhnya hanya mungkin dalam bidang indrawi. Ini karena hanya dalam bidang itu ada kaitannya dengan relitas sendiri meskipun hanya dalam bentuk yang telah diterjemahkan kedalam bahasa a priori pengertian kita.
a)      ) Kritik atas akal murni menghasilakan sketisisme yang beralasan.
b)      Kehendak buakannya akal yang membentuk dasar bagi kemampuan kita dan benda-benda. Tuhan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan dalam pengabdian pada yang di cita-citakan.
c)      Akal praktis adalh berkuasa dan lebih tinggi dari pada akl teoritis.
d)     Agama dalam ikatan akal terdiri dari moralitas. Kristianitas adalah moralitas yang abadi. 
Ø Kritik atas pertimbangan
a)      Kritik atas pertimbangan menghubungkan diantara kehendak dan pemahaman.
b)      Kehendak cernderung menuju yang baik, kebenaran adalah objek dari pemahaman.
c)      Pertimbangan yang terlibat terletak diantara yang benar dan yang baik.

§  Estetika adalah cirinya tidak teoritis maupun praktis, ini dalah gejala yang ada pada dasar subjektif.
§  Teologi adalah teori tentang fenomena, ini adalah bertujuan: (a) subjektif (menciptakan kesenangan dan keselarasan)dan (b) objektif (menciptakan yang cocok melalui akibat-akibat dari pengalaman).
Ø Kritik atas rasio praktis (Etika)
Pandangan kant tentang etika yakni kant sepakat dengan anggapan paling dasar kebanyakan aliran etika normative kontemporer, ia menolak Relativisme, Skeptisisme, dan Domatisme dalam Etika, ia berpendapat bahwa penilaian dan tindakan moral bukan urusan perasaan pribadi (moral sentimen) atu keputusan sewenag-wenang (decisionism) dan bukan masalah asal usul social-kultural, sopan santun, atau adat istiadat (Relativisme kultural). Ia berpendapat bahwa tindakan manusia dibawah ketertarikan moral mutlak dan dapat dituntut pertanggungjawabannya oleh orang lain.
Etika kant tentu saja tidak tanpa problematika. Friedrich Scheler dan Bejamin Constant menuduh kant bahwa ia telah jatuh kedalam RIGORISME, Hegel mengkritik bahwa kant melepaskan moralitas dari lingkungan social, Scheler dan Nicolai Hartmann menolak FORMALISME-nya dan Scheler juga menuduh bahwa etika kant meruapakan Gesinnungsethik yang hanya memperhatikan sikap batin dan melalaikan pelaksanaan. Etika kewajiban kant juga dianggap biang keladi “ketaatan Prussia” yang menjadi cirri khas angkatan bersenjata dan korps pegawai negeri Prussia. 
Dalam kritiknya antara lain kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak dan pengertian baru. Untuk itu ia membedakan tiga aspek putusan. Pertama, putusan analitis a priori, dimana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subyek, karena termasuk didalamnya (misalnya, setiap benda menempati ruang). Kedua putusan sintesis aposteriori, misalnya pernyataan misalnya meja itu bagus disini predikat dihubungkan dengan subyek berdasakan pengalaman indrawi. Ketiga , putusan sintesis apriori, dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan kendati bersifat sintesis, tetapi bersifat apriori juga, misalnya, putusan yang berbunyi segala kejadian mempunyai sebab.
Kaidah moral adalah imperative kategoris. Akidah ini memerintah tanpa syarat, kategoris. Kaidah ini merupakan asas fundamental.
1.    Berindaklah selalu sehingga kamu dapat menjadi dalil atau asa yang dapat menentukan dari tindakanmu untuk menjadi kaidah universal (susatu patokan a priori dan bukan hasil dari pengalaman).
2.    Ini adalah tes yang sesungguhnya tentang apa yang benar da salah. Ini memerintah pertimbangan-pertimbanagan moral.

Ø Pendekatan kepada etika
Kekacauaan dizaman kita sekarang ini telah ditambah oleh tiga aspek pendekatan yang berbeda beda kepada problema moralitas. Pertama adalah kecondongan lama yang mendorong manusia untuk prebegang kepada kepercayaan atau tindakan yang biasa diketahui, dan menguatkan kecenderunga itu dengan suatu kepercayaan kepada kekuasaan yang mutlak. Pendekatan kedau adalah anggapan bahwa moralitas itu bersifat relative sepenuhnya dan tidak dapat ukuran moral, merka itu disebut dengan relativis dan menganggap bahwa moralitas adalah soal pendapat pribadi, atau kelompok.

Kesimpulan
            Filsafat Immanuel kant yakni kritisisme adalah penggabungan antara aliran filsafat sebelumnya yakni Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes dan empirisme yang dipelopori oleh David Hume. Kant mempunyai tiga karya yang sangat penting yakni kritik atas rasio murni, kritik atas rasio praktis, kritik atas pertimbangan. Ketiga karyanya inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran filosof sesudahnya, yang mau tak mau menggunakan pemikiran kant. Karena pemikiran kritisisme mengandung patokan-patokan berfikir yang rasional dan empiris.
Kritik
            Kant mengatakan bahwa pengalaman kita berada dalam bentuk-bentuk yang ditentukan oleh perangkat indrawi kita, maka hanya dalam bentuk-bentuk itulah kita menggambarkan eksitensi segala hal, kelemahan dari pendapatnya ini bahwa pengalaman ditentukan oleh perangkat indrawi, dari pernyataan ini kant mengabaikan pengalaman yang timbul dari luar indarwi, yakni misalkan metafisika, psikologi, karena pengalaman ini tidak bersifat indrawi, secara tidak langsung kant menentang pengalaman yang tidak indrawi atau metafisik. Sehingga seseorang tidak dapat menggambarkan eksistensi sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar