;">
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

Senin, 10 Oktober 2016

FILSAFAT MANUSIA.


Pengertian Filsafat Manusia

Filsafat Manusia adalah cabang dari ilmu filsafat yang memencerminkan hakekat dari manusia. Filsafat Manusia disebut juga sebagai Antropologi Filosofis. Filsafat Manusia memiliki kedudukan yang sama dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, epistemologi, kosmologi, dan lain-lain. Tetapi Filsafat Manusia juga memiliki kedudukan yang istimewa, karena semua persoalan filsafat itu diawali dan diakhiri tentang pertanyaan mengenai esensi dari manusia, yang merupakan judul utama dari pencerminan Filsafat Manusia.

Kalau dilihat dari segi bahasa manusia disebut juga insan, yang dalam bahasa arabnya berasal dari kata ‘nasiya’ yang mempunyai arti lupa. Dan jika dilihat dari kata dasar ‘al-uns’ adalah berarti jinak. Kata insan digunakan untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak, yang artinya manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru atau yang belum dia kenal. Manusia mempunyai anyak kelebihan seperti berjalan diatas dua kaki, mempunyai wujud yang sempurna, dan dikaruniai kemampuan berfikir. Kemapuan berfikir itulah yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya yang menentukan manusia pada hakekat manusia.

Manusia juga mampu berkarya sehingga mereka berbeda dengan makhluk yang lain. Karya manusia dapat dilihat dalam bukti sejarah dan psikologis keadaan emosional dan intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Hasil karya manusia tersebut menjadikannya sebagai makhluk yang mampu menciptakan sejarah. Manusia juga bisa dilihat dari berbagai sisi dalam pendekatan teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi ketuhanan/ketauhidan dikarenakan pemahaman lebih bersifat mendasar. Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya.

Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme (kepercayaan atas ke-Esaan Tuhan), yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme (keagamaan), atau dualism (konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi) yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling meniadakan yaitu unsure materi dan rohani, yakni pandangan pluralism (bermacam-macam paham) yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam makro kosmos (Hukum-hukum yang terlaksana di alam semesta) atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, atau mono pluralism yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya. Secara pribadi, manusia tidak pernah bisa menciptakan dirinya , akan tetapi bukan berarti bahwa ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah ia dilahirkan dan eksistensinya (menganggap kebenaaran itu bersifat relatif) dalam kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan peran serta atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi.
SUMBER :
Asy’ari, Musa. (1999). Filsafat Islam. Yogyakarta: Lesfi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar