;">
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

Selasa, 27 Desember 2016

FENOMENOLOGI TRANSENDENTAL EDMUND HUSSERL

Oleh: Muhsin Hariyanto
A. Prawacana
Mengedepankan wacana tentang Edmund Husserl tidak boleh tidak harus menyentuh core ideanya tentang filsafat, yaitu “Fenomenologi”, sebab dialah yang – paling tidak hingga saat ini – dianggap sebagai pendiri aliran pemikiran ini. Bertens, dalam salah satu tulisannya, menyatakan bahwa selaku pendiri aliran fenomenologi, Husserl telah mempengaruhi filsafat abad kita ini secara amat mendalam.[1] Sebegitu mendalamnya pengaruh pemikiran Edmund Husserl terhadap pemikiran filsafat abad ini, Delfgaauw, seorang filosof Belanda, bahkan dengan tegas menyatakan bahwa filsafat jaman kita (ini) dipengaruhi secara mendalam oleh fenomenologi yang diajarkan oleh Edmund Husserl (1859-1938).[2]
Para peminat studi filsafat sepakat untuk menyatakan, bahwa pada awal abad ke-20 ini, muncul beberapa filosof yang sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran filsafat. Salah satunya adalah Edmund Husserl. Tokoh ini sangat meminati filsafat dan prihatin dengan situasi intelektual dewasa ini yang, menurut anggapannya, sangat dikeruhkan oleh bermacam-macam prasangka, baik filosofis maupun ilmiah. Edmund Husserl, yang kemudian disebut sebagai “Bapak Pendiri” sebuah pendekatan yang sampai sekarang termasyhur dengan nama “fenomenologi”, mencoba untuk berbuat sesuatu. Dengan keprihatinannya itu, dia bermaksud menciptakan sebuah ilmu yang rigorous[3] yang dapat mendiskripsikan kenyataan apa adanya. Semboyannya yang termasyhur “Zurück zu densachen selbst” (kembalilah kepada benda- benda itu sendiri) cocok dengan seluruh pencarian filosofisnya.[4]
Secara kronologis, perkembangan pemikiran Husserl – memang — dapat dipahami melalui tiga tahap. Pertama ketika Ia berusaha menemukan matematika dalam psikologi, yang secara tegas terkuak di dalam karyanya “Philosophie der Arthmetik; Kedua – dimulai pada tahun 1895 – ketika dia tertarik untuk mengenalkan Psikologisme[5] dan mulai berkarya dengan menulis buku tentang Logical Investigation (1990-19901), yang dikatakan sebagai karya fenomenologinya yang pertama. Di mana Ia mencuatkan kritiknya terhadap Psikologisme, pada awalnya, dan kemudian berujung pada “Ide-ide tentang Logika Dasar” Ketiga, dan inilah yang sering disebut sebagai puncak karya Husserl (1906), adalah ketika Ia menemukan dan mengelaborasi ide tentang “reduksi transendental”, atau epoché dan mulai mengembangkan fenomenologinya pada arah yang “idealis”.[6]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar